YANGON – Militer Myanmar terungkap masih merekrut anak-anak untuk dijadikan tentara. Padahal pada Juni lalu Pemerintah Myanmar telah membuat kesepakatan dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk menghentikan praktek tersebut.
Temuan tersebut diketahui setelah sebuah lembaga HAM melakukan riset tentang keberadaan tentara anak-anak di Myanmar. Selain militer Myanmar, praktek perekrutan tentara anak-anak juga dilakukan oleh kelompok pemberontak danpasukan perbatasan.
Lembaga HAM yang bernama Child Soldiers International (CSI) itu menyebutkan praktek perekrutan tentara anak-anak masih terjadi karena adanya kebijakan yang menyebutkan semakin banyak seorang petugas militer merekrut tentara maka semakin cepat pangkatnya akan naik.
Selain mendapatkan kenaikan pangkat, petugas yang berhasil melakaukan banyak perkerutan juga akan mendapatkan bonus dan diperbolehkan untuk pension dini. Hal itu membuat banyak petugas yang berusaha merekrut dengan menggunakan segala cara.
“Petugas militer dan agen perekrut seringkali menggunakan kekerasan dan ancaman untuk memaksa warga menjadi tentara, termasuk kepada warga yang masih di bawah umur,” sebut sebuah pernyataan yang dikeluarkan CSI, seperti dikutip AFP, Kamis (24/1/2013).
Walaupun begitu CSI mengakui bahwa praketk perekrutan anak-anak walaupun masih terjadi namun jumlahnya terus menurun. CSI juga mengakui bahwa Pemerintah Myanmar sempat memulangkan 48 tentaranya yang diketahui masih di bawah umur.
Kesepakatan Pemerintah Myanmar dengan PBB itu dibuat sebagia bagian dari proses reformasi yang dijalankan negara Asia Tenggara itu. Namun CSI menyebutkan bahwa Pemerintah Myanmar sampai sekarang masih belum dapat mengendalikan militernya yang sempat menguasai negara itu selama berpuluh-puluh tahun.
0 komentar:
Posting Komentar