BLOGGER INI MASIH DALAM TARAF RANCANGAN

Rabu, 23 Januari 2013

Kapal perang amfibi serang kelas Angkatan Laut Amerika Serikat kelas San Antonio (USS San Antonio/LPD-17) resmi masuk dalam dinas angkatan bersenjata AS




Liputan6.com, Jakarta: Kapal perang amfibi serang kelas Angkatan Laut Amerika Serikat kelas San Antonio (USS San Antonio/LPD-17) resmi masuk dalam dinas angkatan bersenjata negara itu. Harga kapal perang berteknologi terkini itu mahal, untuk ukuran Amerika Serikat.

Sebuah kabar yang dirilis situs militer di Amerika Serikat, antara 10 dan 11 unit kapal itu diluncurkan dari 41 unit yang dipesan. Secara fisik, kapal itu lebih besar dari pendahulunya dengan misi membawa, mengangkut, mendaratkan, dan mendukung elemen tempur Kekuatan Pendarat Korps Marinir Amerika Serikat.

Yang berubah adalah ukurannya, biaya pembangunan kapal, dan kemampuan serta teknologi yang digunakan untuk mendukung misi militer itu. Dari semua tambahan itu, kapal dirancang ulang untuk mendukung operasionalisasi wahana pendarat MV-22 Osprey dari Marinir serta wahana lapis baja pengangkut personel amfibi AAV7 Amtrac.

Walau dianggap lebih canggih, ada sejumlah kritik bagi kapal perang baru itu. Di antaranya adalah penunjukan galangan kapal di New Orleans, yang memerlukan waktu hingga 2,5 tahun sejak kapal dipesan hingga dioperasikan Angkatan Laut Amerika Serikat.

USS San Antonio/LPD-17 diketahui juga sandar di Bahrain karena ada kebocoran oli dan dia bukan satu-satunya kapal perang yang mengalami hal serius seperti itu.

Bukan apa-apa, biaya pembangunannya mahal juga untuk Amerika Serikat yang sedang dilanda resesi ekonomi, yaitu 1,7 miliar dolar Amerika Serikat per unit. Biaya ini diketahui tiga kali lebih mahal ketimbang kapal kelas LPD yang lain, semisal kelas Rotterdam. Bahkan 10 kali lebih mahal ketimbang kapal serupa milik Singapura berbobot 6.600 ton, kelas Endeavor.



Andalan Pergeseran Pasukan

Kapal amfibi kelas San Antonio (LPD-12) sekarang menjadi andalan utama pergeseran pasukan Korps Marinir Amerika Serikat. Kapal yang terus diproduksi dan jumlahnya diperbanyak dalam jajaran armada kekuatan laut Om Sam tersebut kini adalah tulang punggung operasi Angkatan Laut Amerika Serikat di kawasan Pasifik Barat, Mediterania dan Teluk Persia. Kapal LPD itu merupakan kapal favorit yang paling banyak "dipesan" oleh para panglima kombatan Amerika Serikat di beberapa kawasan dunia guna mendukung operasi yang mereka gelar di area tanggungjawab masing-masing.

Mengacu pada kasus operasional LPD kelas San Antonio, sebaiknya Indonesia mengadakan lebih baik lagi kapal amfibi jenis LPD. Saat ini kekuatan laut Indonesia hanya memiliki empat LPD dalam susunan tempurnya dan itu tidak termasuk KRI Soeharso-990 yang telah dikonversi menjadi kapal rumah sakit. Mengapa kapal LPD perlu diperbanyak ke depan?
Pertama, kapal amfibi jenis LST kini sudah tidak dapat diandalkan lagi karena pertimbangan usia operasional. Cepat atau lambat, LST buatan Negeri Ginseng harus dihapus dari jajaran armada Angkatan Laut Indonesia. Saat ini pun, kesiapan LST tersebut untuk berlayar dan bertempur tidak prima sebagaimana 25-30 tahun silam. Meskipun dalam beberapa tahun ke depan LST baru buatan galangan dalam negeri akan memperkuat kekuatan laut negeri ini, akan tetapi platform LST sudah tidak mampu lagi menjawab kebutuhan operasional Angkatan Laut, khususnya operasi amfibi, yang semakin kompleks dan dinamis.

Kedua, daya angkut. Kapal LST mempunyai daya angkut pasukan, tank ambifi, kendaraan tempur maupun personel yang terbatas. Akibat keterbatasan itu, mempengaruhi pula kesiapan fisik pasukan Marinir yang akan didaratkan di daerah operasi. Bandingkan dengan daya angkut kapal LDP, di mana dengan dimensi yang besar maka lebih memberikan kenyamanan pula bagi pasukan yang diangkut.

Ketiga, kemampuan bela diri. Kemampuan bela diri kapal LST sangat terbatas dan hal itu sangat dipengaruhi pula oleh terbatasnya ruang dalam platform kapal pendarat tersebut. Meskipun LPD yang dipunyai oleh Angkatan Laut Indonesia saat ini belum dipersenjatai secara memadai untuk kemampuan bela diri, namun dari sisi desain masih ada ruang yang bisa diisi oleh sistem pertahanan kapal itu nantinya ke depan.



Kesiapan Armada Amfibi Amerika Serikat

Dalam rencana kontinjensi Angkatan Laut Amerika Serikat, US Navy dirancang untuk mampu melakukan pergeseran dua brigade MEF secara simultan ke wilayah pelibatan yang berbeda. Berdasarkan kalkulasi, Angkatan Laut Amerika Serikat membutuhkan minimal 38 kapal perang untuk pergeseran Brigade MEF itu. Tuntutan itu kini menghadapi tantangan di tengah kesulitan anggaran yang melanda Paman Sam yang berimbas pula pada pembangunan kekuatan laut Amerika Serikat.

Saat ini hanya tersedia 33 kapal amfibi yang siap mendukung pergeseran Brigade MEF. Artinya, kekuatan Brigade MEF yang dapat diangkut oleh kapal amfibi hanya sekitar 1.5 brigade. Angkatan Laut Amerika Serikat masih kekurangan setidaknya lima kapal amfibi guna mendukung rencana kontinjensi itu. Situasi demikian merupakan pekerjaan rumah bagi CNO di tengah kebijakan poros Pasifik Amerika Serikat yang dicanangkan oleh Presiden Barack Hussein Obama.

Apabila Amerika Serikat membutuhkan sedikitnya 38 kapal amfibi guna mendukung pergeseran dua brigade Korps Marinir, lalu bagaimana dengan Angkatan Laut Indonesia? Berapa kapal amfibi yang sebenarnya dibutuhkan untuk mendukung pergeseran ke dua wilayah panas sekaligus? Nampaknya belum ada perhitungan khusus menyangkut hal tersebut, sehingga kesiapan kapal amfibi pun belum memiliki tingkatan minimum.

( Damn The Torpedoes, Liputan6.com)

0 komentar:

Posting Komentar