Jakarta (ANTARA) - Neraca pembayaran Indonesia pada kuartal IV/2012 akan mengalami defisit transaksi berjalan yang diperkirakan akan melampaui prediksi Bank Indonesia sebesar 2,2 hingga 2,3 persen dari produk domestik bruto.

Namun tetap memperlihatkan kecenderungan menurun dibanding kuartal sebelumnya, kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di sela-sela Kick Off Konsultasi Publik, Redenominasi Bukan Sanering, di Jakarta, Rabu.

"Dulu kami perkirakan defisit transaksi berjalan itu di 2,2 hingga 2,3 persen, kelihatannya memang sedikit lebih tinggi realisasinya, tapi tetap dengan kecenderungan menurun dibandingkan kuartal I dan II/ 2012," katanya.

Menurut dia, defisit transaksi berjalan masih akan tetap tinggi karena investasi yang masuk ke dalam negeri cukup tinggi sehingga meningkatkan nilai impor bahan baku.

Untuk 2013, menurut dia, peningkatan ekspor diperkirakan baru akan terlihat pada semester kedua. Saat ini situasi ekonomi dunia belum terlihat lebih baik meskipun sudah menunjukkan perbaikan.

Menurutnya dengan kondisi sekarang, impor berupa bahan baku, barang modal, dan BBM akan terus meningkat sehingga menyebabkan defisit yang cukup besar.

"Impornya berjalan cukup cepat karena investasi berjalan, sehingga impor bahan baku dan barang modal tetap tumbuh tinggi dan BBM sehingga transaksi berjalan kecenderungan defisitnya cukup besar," katanya.

Ia memperkirakan pada kuartal keempat 2013 akan ada perbaikan harga untuk sejumlah barang ekspor sehingga bisa memperbaiki nilai defisit neraca pembayaran.

"Pada semester kedua terutama kuartal terakhir kami perkirakan akan ada perbaikan harga sejumlah barang ekspor," katanya.

Namun demikian, neraca pembayaran juga tergantung kepada transaksi modal selain transaksi berjalan.

Dia mengharapkan nilai surplus transaksi modal bisa naik sehingga bisa menutupi defisit neraca pembayaran dari transaksi berjalan.

"Transaksi berjalan yang defisit kalau diimbangi transaksi modal yang surplus apalagi surplusnya mampu menutup defisit transaksi berjalan itu biasanya dianggap risikonya tidak berat," kata Darmin.